Prasasti Ciareteun
Tempat Penemuan: Daerah Bogor, Jawa Barat
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Tarumanega
ra
Prasasti Ciaruteun bergoreskan aksara Pallawa yang disusun dalam
bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan metrum Anustubh yang terdiri dari
tiga baris dan pada bagian bawah tulisan terdapat pahatan gambar umbi
dan sulur-suluran (pilin), sepasang telapak kaki dan laba-laba.
Teks:
vikkrantasyavanipat eh
srimatah purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
visnoriva padadvayam
Terjemahan:
“Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnnawamman, raja di negri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tempat ditemukannya prasasti tersebut. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan Dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat
Prasasti Talang Tuo (684 m)
Tempat Penemuan: Daerah Palembang
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Sriwijaya
Prasasti Mulawarman
Tempat Penemuan: Daerah Bali
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Kutai
Prasasti Kutai I
Sang Maharaja Kundunga, yang amat mulia, mempunyai
putra yang mashur, Sang Aswawarman namanya, yang seperti Sang Ansuman
(dewa Matahari) menumbuhka
n keluarga yang sangat mulia. Sang
Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci) tiga. Yang
terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarman, raja yang berperadaban
baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri
(selamatan yang dinamakan) emas amat banyak. Buat peringatan kenduri
(selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.
Prasasti Kutai II
Dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka, dan sekalian orang baik lain-lainnya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarman, raja besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon kalpa (yang memberi segala keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan). Berhubung dengan kebaikan itulah maka tugu ini didirikan oleh para Brahmana (buat peringatan).
Prasasti Kutai III
Tugu ini ditulis buat (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan oleh Sang Raja Mulawarman, yakni segunung minyak (kental), dengan lampu serta malai bunga.
Prasasti Kutai IV
Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang seperti api, (bertempat) di dalam tanah yang suci (bernama) Waprakeswara. Buat (peringatan) akan kebaikan budi sang raja itu, tugu ini telah dibuat oleh para Brahmana yang datang ke tempat ini.
Prasasti Tugu
Tempat Penemuan: Daerah Bogor Jawa Barat
Isi Prasasti: Tentang kerajaan Tarumanegara
Prasasti Tugu adalah salah satu prasasti yang berasal dari Kerajaan Tarumanaga
ra. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya. Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
Prasasti Tugu bertuliskan
aksara Pallawa yang disusun dalam bentuk seloka bahasa Sanskerta dengan
metrum Anustubh yang teridiri dari lima baris melingkari mengikuti
bentuk permukaan batu. Sebagaimana semua prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara umumnya, Prasasti Tugu juga tidak mencantumkan pertanggalan. Kronologinya didasarkan kepada analisis gaya dan bentuk aksara (analisis palaeografis). Berdasarkan analisis tersebut diketahui bahwa prasasti ini berasal dari pertengahan abad ke-5 Masehi. Khusus prasasti Tugu dan prasasti Cidanghiyang memiliki kemiripan aksara, sangat mungkin sang pemahat tulisan (citralaikha > citralekha) kedua prasasti ini adalah orang yang sama.
Dibandingkan prasasti-prasasti dari masa Tarumanagara lainnya, Prasasti Tugu merupakan prasasti yang terpanjang yang dikeluarkan Sri Maharaja Purnawarman. Prasasti ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Purnnawarmman pada tahun ke-22 sehubungan dengan peristiwa peresmian (selesai dibangunnya) saluran sungai Gomati dan Candrabhaga.
Prasasti
Tugu memiliki keunikan yakni terdapat pahatan hiasan tongkat yag pada
ujungnya dilengkapi semacam trisula. Gambar tongkat tersebut dipahatkan
tegak memanjang ke bawah seakan berfungsi sebagai batas pemisah antara
awal dan akhir kalimat-kalimat pada prasastinya.
[sunting]Teks:
pura rajadhirajena guruna pinabahuna khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau//
pravarddhamane dvavingsad vatsare sri gunau jasa narendradhvajabhutena srimata purnavarmmana//
prarabhya phalguna mase khata krsnastami tithau caitra sukla trayodasyam dinais siddhaikavingsakaih
ayata satsahasrena dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya gomati nirmalodaka//
pitamahasya rajarser vvidaryya sibiravanim brahmanair ggo sahasrena prayati krtadaksina//
[sunting]Terjemahan:
“Dahulu sungai yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan yang memilki lengan kencang serta kuat yakni Purnnawarmman, untuk mengalirkannya
ke laut, setelah kali (saluran sungai) ini sampai di istana kerajaan
yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnnawarmman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji
segala raja-raja, (maka sekarang) beliau pun menitahkan pula menggali
kali (saluran sungai) yang permai dan berair jernih Gomati namanya,
setelah kali (saluran sungai) tersebut mengalir melintas di tengah-tegah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pendeta Nenekda (Raja Purnnawarmman). Pekerjaan ini dimulai pada hari baik, tanggal 8 paro-gelap bulan Caitra, jadi hanya berlangsung
21 hari lamanya, sedangkan saluran galian tersebut panjangnya 6122
busur. Selamatan baginya dilakukan oleh para Brahmana disertai 1000 ekor
sapi yang dihadiahkan”
Lesong Batu adalah prasasti peninggalan Kerajaan Kutai yang terletak di Desa Muara Kaman Ulu, kecamatan Muara Kaman, kabupaten Kutai Kartanegara. Menurut berbagai riwayat desa tersebut merupakan asal kerajaan hindu tertua di Indonesia yaitu Kerajaan Kutai.
Lesong Batu merupakan peninggalan
sejarah yang masih tersimpan secara utuh di Muara Kaman. dari berberapa
kalangan masyarakat mengatakan bahwa Lesong Batu merupakan benda
keramat peninggalan Kerajaan Kutai Hindu. Hal ini diperkuat oleh pendapat peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kutai Kartanegara
yang bekerja sama dengan salah satu pakar arkeologi dari Malang, mereka
mengatakan bahwa dari hasil penelitian yang mereka lakukan bisa ditarik
kesimpulan bahwa Lesong Batu merupakan salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Hindu Kutai dibawah kepemimpinan Raja Mulawarman Nala Dewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar